September 27, 2021 - By :

Konflik di Afghanistan Bikin India Kena Getahnya, Apa Itu?

Dilansir dari finance.detik.com

Jakarta – Krisis geo-politik yang sedang berlangsung di Afghanistan berdampak pada kegiatan jual beli antar-negara. Salah satunya antara India dan Afghanistan yang biasa melakukan transaksi untuk penjualan buah-buahan kering dan rempah-rempah.

Dikutip dari Times Now News, Senin (23/7/2021), pasokan asafoetida aromatik, jenis jintan yang digunakan untuk membuat ‘biryani’, buah-buahan kering termasuk buah ara, aprikot, dan kismis hijau dan hitam telah berhenti secara tiba-tiba.

India memang mengenakan bea masuk yang lebih rendah pada produk yang diimpor dari Afghanistan. Jadi pedagang India biasa mengimpor barang-barang ini dari Afghanistan dengan pengaturan pasokan jangka panjang.

Saat ini, dengan Taliban menyegel dua terminal penting untuk perdagangan melalui darat di perbatasan Pakistan-Afghanistan, para pedagang harus mencari tujuan lain untuk mengimpor barang-barang ini, yang dapat mendongkrak harga domestik.

“Banyak dari barang-barang yang kami impor dari Afghanistan tidak tersedia di tempat lain dan bahkan jika ada, mereka akan diimpor dengan biaya lebih karena kami dapat mengimpor bebas bea di bawah Area Perdagangan Bebas Asia Selatan atau South Asian Free Trade Area (SAFTA) sampai sekarang,” kata Vijay Kumar Bhuta selaku Presiden Asosiasi Pedagang Buah Kering.

Afghanistan sendiri memasok lebih dari 85% buah kering bergizi ke India pada TA 2021. Demikian pula, 99% buah ara segar dan kering di India berasal dari Kabul pada tahun terakhir.

Kemudian untuk buah ara, aprikot, dan kismis hijau dan hitam, serta pistachio dan almond juga masuk ke negara itu dari Afghanistan. Di antara rempah-rempah, hing, dan jenis jinten tertentu yang digunakan dalam biryani, berasal dari Afghanistan. Meskipun ada China yang merupakan pemasok biji jinten terbesar (tidak dihancurkan atau digiling) diikuti oleh UEA.

Dampak dari perseteruan Afghanistan itu juga mengakibatkan kegiatan impor India tersendat. Lebih dari 80% engsel impor India berasal dari Afghanistan, yang kualitasnya lebih unggul daripada engsel Iran.

Meski sudah dibudidayakan di negara tetangga yaitu Tajikistan dan Uzbekistan, India tidak memiliki perjanjian perdagangan dengan mereka untuk menikmati manfaat bea.

“Kami dalam mode menunggu dan menonton, tetapi ini harus diselesaikan sebelum Diwali. Rekan-rekan kami di Afghanistan juga telah menutup toko untuk saat ini. Sampai kami melanjutkan impor, konsumen dapat mengharapkan kenaikan harga 10-15%,” kata Bhuta kepada publikasi.

Pada tahun 2011, India menghapus bea masuk dasar untuk semua negara berkembang atau least developed countries (LDC) di Asosiasi Asia Selatan untuk Kerjasama Regional, yang memberikan semua produk Afghanistan, kecuali alkohol dan tembakau, akses bebas bea ke pasar India.

Sebagai LDC, Afghanistan telah melakukan penandatangan SAFTA dan diharuskan menurunkan tarif semua barang yang tidak termasuk dalam daftar sensitifnya menjadi 5% atau kurang. Kedua negara menandatangani Perjanjian Perdagangan Preferensial pada tahun 2003 di mana India mengizinkan konsesi bea substansial untuk kategori tertentu (38 kali) buah kering Afghanistan. Afghanistan pada gilirannya mengizinkan konsesi timbal balik untuk produk-produk India, termasuk teh, gula, semen, dan obat-obatan.

“Fasilitas perbankan ditutup di Afghanistan dan tidak ada petugas bea cukai untuk membersihkan kiriman dan memberikan sertifikasi yang diperlukan,” kata harian keuangan mengutip importir buah segar dan kering yang berbasis di Mumbai.

(eds/eds)

Sumber: Detik Finance. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5693065/konflik-di-afghanistan-bikin-india-kena-getahnya-apa-itu. Diakses pada tanggal 27 September 2021

Leave a comment